rasa, kata dan mimpi .....

Jumat, 17 Juni 2011

di suatu waktu

pada suatu waktu, aku dihadapkan pada sekelompok besar orang yang modern sehingga aku merasa adalah sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai tradisional pada mereka agar mereka tidak kehilangan identitasnya.
kini,
aku berhadapan dengan sekelompok besar orang yang tradisional sehingga aku merasa adalah penting untuk menanamkan nilai-nilai yang modern untuk membangun mimpi mereka.....


namo tating, 061711

Kamis, 02 Juni 2011

aku lupa


orang seperti kalian gak akan pernah mengerti apa yang aku rasain.
kalian selalu bisa memilih...
tapi untuk hidupku inipun aku sangat bersyukur...
terlalu banyak misteri dalam hidup...
yang bisa kulakukan hanya diam dalam stagnasi...
aku ingin ini, ingin sekali itu... mendamba padamu..
semakin kucoba semakin nelangsa...
semakin kuberusaha semakin kulihat betapa aku bukan apa-apa...
tak berarti... hanya untukmu...
aku lupa... pada aku
sampai kapan? hanya aku yang bisa menjawab
jawabannya hilang ketika aku mulai lupa caranya berhenti.
seharusnya dari awal kau tak izinkan aku masuk, jangan buka pintu sedikitpun!
apa kau selalu begitu?............. karena aku tak selalu begini.

Jumat, 08 April 2011

it's about heart...

do you think i should 'give up' on you?
but i never considered it as a war or struggle or battle
so why i should give up?
give up or whatever....
proper words to describe it...
what i mean is stop..
just stop... no movement!
silent is your answer for my question.
but some say that silence only for the broken-hearted
are you?
actually it is not ok...
it never been ok
some question no need to be answered,
coz' somehow we've known the answer

Rabu, 16 Maret 2011

any problem?


Setiap kali saya ditanya,"sama siapa?"
mungkin ini sekedar pertanyaan basa-basi karena si penanya gak tau mo ngomong apa kali ya.. mungkin juga.
Setiap kali juga jawaban saya,"sendiri.."
"Iya, kenapa? sekarang maseh sendiri, belum ada yang nemenin," jawab saya sambil bercanda.
Di dalam hati saya heran.. whats wrong for being alone?
Atau saya yang tidak normal, memang kemana-mana harus ditemenin ya? bukannya saya tidak punya teman, tapi kan tidak selalu teman kita bisa nemenin kita.
come on... setiap orang punya kesibukan masing-masing kan... bukan cuma nemenin teman.
Belum lagi fakta kalo mungkin saja teman kita tidak suka tempat yang kita tuju, harus dipaksa dianya? gak juga kan...?
waktu lahir juga sendiri.. jadi kalau sekarang kemana-mana sendiri, salah?
any problem with independent woman?

pos, yo170311

Senin, 14 Maret 2011

wake up...



suatu pagi ku ingin bangun di pagi hari dan tidak ingat apapun tentangmu...
disini atau dimanapun nanti, ku tunggu pagi itu...
walau ku lelah menunggu lupa...

pos, yo130311

Jumat, 11 Maret 2011

everything

pernah ada yang berkata," you care about my everything."
boleh kah aku juga mengucap,"i wanna care about your everything."

pos, yo 110311

Kamis, 03 Maret 2011

strategi?

strategi?

Ini bukan srategi…
Aku bukan dia yang mundur sejenak untuk mengatur stategi
Aku sadar aku butuh strategi padamu…
Tapi aku kurang ahli dalam hal strategi ini…
Lagipula dari awal aku tidak menganggap ini perang, jadi untuk apa strategi…
Aku tidak berperang dengan hatiku sayang….
Jika aku mundur, itu berarti aku sakit…
Jika aku maju, itu artinya aku kangen padamu…
Jika aku genit, itu yang kurasa…
Aku buku terbuka…
Yang terlihat itulah yang di dalam…
Sering kali hal ini kudapati tidak menguntungkanku dalam dunia basa basi ini…
Tapi aku adalah aku… aku tak memaksa…
Mungkin satu kesamaan kita, pertanyaan “sampai kapan?”
Sayang, akupun tak tau…
Sabar padaku ya….

Selasa, 01 Maret 2011

the case of missing "kaca sepion"

so.. begini ceritanya...
Pagi hari seperti biasanya saya pergi ke kantor dengan mengendari sepeda motor saya tercinta(tercinta tapi males nyucinya, walopun sekedar mengantar ke door smeer, malas nunggunya, jarang diservis, dd :)). Seperti kebanyakan sepeda motor(kereta, kata orang medan) di medan, sepeda motor saya punya kaca sepion, satu, di sebelah kanan. Kaca sepion ini sudah saya anggap seperti sahabat sendiri, karena si kaca sepionlah tempat saya ngaca tiap hari sambil tersenyum genit kala menunggu lampu merah berubah hijau, tiap hari.

Sore hari, ketika saya pulang kantor, saya seperti tidak menemukan sosok sepeda motor saya dari jauh (maklum mata saya rabun). Biasanya saya mengenali sepeda motor saya dari helm yang saya cantolkan di atas kaca sepion tercinta tadi, tapi kok tidak ada ya? setelah semakin dekat dengan parkiran, saya berkali-kali mengecek nopol sepeda motor saya, seperti yakin tak yakin. Helm butut saya bertengger manis di jok dan posisi sepeda motor tidak pada tempat semula, dan.... kaca sepion saya hilang!

Spontan saya bertanya pada satpam yang berjaga di parkiran " bang, kaca sepion ku mana?", "lho.. gak ada miss, gak tau miss", katanya. saya kesal sekali. Saya dan si satpam mencari-cari disekitar parkiran, "manatau jatuh", kata saya (which is impossible). Membuka kaca sepion ternyata tidak segampang itu, jadi jelas seseorang membukanya dengan sengaja.

Saya akhirnya pulang dengan perasaan kesal, satpam yang lain pun terheran-heran, mengapa kaca sepion saya bisa hilang, mengingat tidak semua orang punya akses ke parkiran yang khusus karyawan itu (dengan pengamanan super ketat dilengkapi cctv).


Esok harinya, saya bertekad melaporkan kehilangan kaca sepion, karena ini bukan masalah kaca sepion lagi, tapi masalah keamanan. Kalau hari ini kaca sepion, besok mungkin roda belakang, besoknya mungkin sepeda motornya sekalian raib.. ihhh serem..
Tapi ada dilema disini, disatu sisi, kalau saya melapor si satpam bisa dapat sanksi, tapi kalau tidak melaporpun rasanya tidak benar, apalagi seorang teman memberi saran "beli aja lagi paling cuma 20 rb, gak usah dibesar2in."
Ternyata tanpa perlu melapor, head of security sudah tahu, dan berhembus kabar mereka sudah menemukan pelakunya.

Sebelum makan siang, head of security memanggil saya ke consultation room, di dalam ruangan sudah menunggu dua orang pria yang tidak terlalu saya kenal plus dua buah kaca sepion sebelah kanan. Salah satu pria tadi(supir, saya tahu kemudian) langsung minta maaf kepada saya dan mencoba menjelaskan, sementara satunya lagi (gardener)diam saja.

Jadi ceritanya begini:kaca sepion si supir itu, tanpa sepengetahuannya dibuka dari rumah oleh orang tuanya, melihat tidak ada kaca sepion, dia panik dan mengambil inisiaif membuka kaca sepion sepeda motor yang lain (dalam hati saya menyebutnya mencuri) dan memasangkannya ke sepeda motornya. ketika si pemilik sepeda motor(gardener) datang, dia ikutan panik melihat kaca sepionnya raib, jadi dia membuka kaca sepion saya dan memasangkannya di sepeda motornya, dia juga menyebut dirinya korban.

Case of missing "kaca sepion" was solved

"When you lost your thing, it doesn't mean you can take another person's thing to replace yours"

POS
yo020311

Jumat, 25 Februari 2011

pernah..

Hai waktu,
Cepatlah berlalu, tak berlari tak mengapa,
Merangkakpun jadilah…
Asalkan berlalu…
Seperti film-film di televisi… “5 tahun kemudian….”
karena ku tau waktu kan sembuhkan luka
Hingga aku bisa bercerita tanpa luka:
“pernah jadi dalam hidup ku… hatiku kehilangan orbitnya tapi mataku berbinar-binar”.
“pernah ku menawarkan hati, tapi tak diterima.”
“pernah ku mengharap setengah mati.”
“pernah ku kehilangan harga diri yang kupikir tak perlu kumiliki bila denganmu”
“pernah ku ingin setengah mati kau tau asliku.”
“pernah ku ingin mengenalmu sampai meradang.”
“pernah satu pesan teks darimu bisa buatku semangat seharian.”
“pernah hati ku galau bila tak kau balas pesan sederhanaku.”
“pernah….pernah….pernah… dan pernah-pernah yang lain.”
Pernah, pernah, pernah, kata yang digunakan untuk sesuatu yang sudah dilalui…
Inginku…
Bila saat itu tiba, ku kan bercerita dengan tawa, karena ada kau disiku….


Yo250211

Rabu, 23 Februari 2011

negatif

pagi ini saya dapat pelajaran baru, sebenarnya sudah lama tahu tapi apa ynag saya dengar pagi ini menegaskan.
kalau kita sudah tidak suka, ya tidak suka, tak perduli sebaik apapun orang tersebut memperlakukan kita.

hari ini teman kerja saya berulang tahun, dengan cerianya dan saya rasa cukup tulus atasan kami memberi selamat " happy birthday mr._________", yang diikuti teman-teman yang lain.

setelah si atasan pergi, dia ngomel-ngomel "she said happy birthday and then put burden on my shoulder, by saying it she thinks she can give a lot of assignment, i am not her slave #%$^&*^*&(*(*_)."

semua orang tahu dia tidak suka dengan pihak manajemen, tapi anehnya di depan mereka dia selalu berlagak manis, dan ngomel as soon as they turn their body"

jaman sekarang mungkin memang susah sekedar mengucap "thank you" dan "happy birthday" tulus dari hati.

morning sunshine... but the sun is not shine brightly here... :)


yo240211

Kamis, 10 Februari 2011

Trip to Penang-Hatyai

Trip to Penang-Hatyai

Desember tahun lalu sebelum natal, saya, ibu, kakak dan adik saya jalan-jalan ke penang terus lanjut ke Hatyai. Rencana perjalanan cuma buat tiga hari, tanggal 25 Desember harus udah balik ke Medan.
Dari Medan kami berangkat pagi naik AirAsia, biasalah karena murah, tapi kalau dibandingkan dengan harga tiket AirAsia Medan-Penang diluar high season seperti ini, tiket kami termasuk mahal, tapi its ok lah, yang penting jalan-jalan.


Kakak, mamak dan aku, mejeng di gurney drive


Di bandara jemputan mini van dari apartemen yang kami sewa sudah menunggu, 35 RM untuk 4 orang, oh ya apartemen tempat kami menginap namanya Gurney park, persis disebelah Gurney mall, satu unit ada 3 kamar, karena kami dapat master room jadi tarifnya 60 RM, kamar biasa ditarif 50 RM, bedanya hanya kalau master room, kamar mandinya ada di dalam kamar. Apartemennya nyaman fasilitasnya lumayan, ada kulkas, alat masak sampai mesin cuci, pengusahanya orang Medan. Kebanyakan orang Medan ke penang untuk berobat jadi apartemen seperti ini banyak ditemui di Penang, terutama di dekat rumah sakit, dan jangan heran juga kebanyakan pengusahanya berasal dari Medan, kemudian hari saya tahu mengapa.


Hari pertama sampai di Penang kami langsung cari makan, sampai di Penang hari sudah siang, pesawat kami delay sampai 2 jam . Kami makan di persiaran Gurney, makan nasi ayam plus ice the tarik…. Mantap.,.. dari tukang jualan kami daapat informasi kalo di Penang sedang ada “pesta Sungai Nibong” di terminal Sungai Nibong, setelah kenyang makan dan foto-foto di dekat pantai, kami pun langsung berangkat naik taksi ke Sungai Nibong, ongkos taksinya 20 RM, mahal, tapi memang jaraknya lumayan jauh.

Pesta Sungai Nibong itu ternyata gak jauh beda dengan Pekan Raya Sumatera Utara yang diadakan setahun sekali di Medan. Isinya kebanyakan stand-stand pedagang baju, aksesoris, buku, makanan, sampai karpet dengan harga miring. Yang menarik adalah kami ketemu Paviliun Sumatera Utara disana, bangga juga  gak lupa foto-foto tentunya.


Belanja di Pesta Sungai Nibong


Kembali ke Apartemen hari sudah gelap, bertemulah kami dengan penghuni kamar sebelah yang ternyata…. Para pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Medan, yang ditugasi menjaga Paviliun Sumatera Utara di pesta Sungai Nibong.

Dengan bantuan penjaga apartemen (Kak Sri) yang membookingkan tiket mini van ke Hatyai, besok paginya jam 5 kami sudah menunggu jemputan untuk berangkat ke Hatyai. Ternyata jam karet sudah membudaya diantara semua orang Melayu, mini vannya baru datang jam 6.00, alhasil kami nyampe di Hatyai siang hari.di mini van ada beberapa penumpang lain selain kami. Di jalan kami sempat berhenti untuk sarapan, kemudian lanjut lagi hingga perbatasan Malaysia, kami turun dari mini van dan ngantri di imigrasi. Ditempat sarapan kami dimintai 1 RM perorang, lalu diberi kartu imigrasi yang harus kami isi(pungli tuh…). Tak lama berselang kami turun lagi, kali ini antriannya lebih panjang di imigrasi Thailand, disini mulai bnayak terlihat huruf “keriting”.



Ngantri di imigrasi


Tak sampai satu jam dari check point, akhirnya kami tiba juga di Hatyai. Disilah kami baru byar ongkos 60 RM per orang for two ways . Kami menginap di Hotel Golden Crown yang sudah saya booking sebelumnya dari Medan via internet. Rupa-rupanya Hotel Golden Crown itu ada dua, Golden Crown tempat kami menginap itu versi murahnya. Si Supir mini van keliru mengantar kami ke Golden Crown yang mahal. Terpaksa kami naik tuk-tuk ke hotel kami, tarif tuk-tuk 15 baht per orang, padahal dekat, kalau saja kami tahu jaraknya dekat pastilah kami memilih jalan kaki saja, biar hemat.. heheheeheh….

Nyampe di hotel check in lalu kami keluar cari makan, tidak jauh dari hotel kami nemu tempat makan, rasanya lumayan, tapi kurang kena ke lidah kami. Setelah makan kami nyari kaos yang ada tulisan Thailand nya, katanya belanja disini murah, saya tak sabar ingin membuktikannya. Berbekal hasil searchingan dari google kami menyusur jalan yang katanya banyak penjual souvenirnya. Suasana di pasar Hatyai ini tidak ada bedanya dengan pasar sambu di Medan, wkkkkk.. jauh-jauh ke Hatyai ketemu pasar Sambu juga…karena disepanjang jalan harga kaosnya tidak seperti yang di harapkan, kami naik tuk-tuk lagi ke Poulsuwan road, disini kami beli kaos Thailand dengan harga 100 baht, kira-kira Rp 30.000, murah menurut saja apalagi kualitaasnya memang bagus.

Dari poulsuwan road kamu naik tuk-tuk ke Lee Garden plaza, sorry to say.. Indonesia masih jauh lebih bagus kemana-mana. Disini kakak saya dapet celana kargo buat suaminya dengan harga murah. Keluar dari Lee Garden kami menyusur jalan lagi ingin beli gantungan kunci ( oleh-oleh murah meriah). Masalah oleh-oleh selesai.




Naik tuk-tuk


Pergi ke Thailand sepertinya tidak lengkap kalau tidak foto di kuil. Saya hampir pingsan bertanya dimana letak kuil sleeping Buddha, mereka tidak tau, atau tidak mengerti, memang sulit sekali berkomunikasi dengan mereka, jarang ada yang bias berbahasa inggris, bahasa melayu juga so-so, hufffff….
Akhirnya ada juga supir tuk-tuk yang ngerti, setelah tawar-menawar kami diantar ke kuil sleeping Buddha, tempatnya luas kyak lapangan, didekat sekolah, sesuai kesepakatan si supir tuk-tuk menunggu kami foto-foto. Sebelum pulang si supir sempat meminta kami untuk berdoa, “sorry we are not buddhis”, kata saya.

Kami diantar sampai dekat hotel, tidak bisa tepat di depan hotel karena jalan satu arah. Setelah mandi dan bersih-bersih, kami turun lagi nyari makan malam. Di dekat hotel tempat kami menginap banyak sekali pedagang makanan di sepanjang jalan yang tadi siang tak tampak, bahkan toko-toko di sekitar pun mulai buka pukul 5 sore. Setalah order makanan dengan bahasa tarzan, pake gerakan tangan, ekspresi sampil tunjuk-tunjuk akhirnya kami bisa makan juga. Lucunya sulit sekali untuk bayar bill makanan, saya tidak mengerti si penjual bilang berapa, dan si penjual juga tidak mengerti saya bilang apa, akhirnya angkanya dia tulis di atas kertas, barulah jelas, mau bayar aja kok repot….
Setelah makan kami sempat lihat-lihat, kakak saya dapat sepatu bagus buat kerja dengan harga murah. Berhubung mamak udah capek, kami naik ke hotel dan terlelap, besok pagi harus balik ke Penang.


Makan malam

Besok paginya, karena khawatir si supir minivan akan menjemput kami di tempat dia drop kami sebelumnya, kami berinisiatif untuk naik tuk-tuk ke poolnya langsung, lagi-lagi telat, tengah hari kami baru berangkat, padahal di jadwal seharusnya berangkat jam 9.30 pagi. Sembari menunggu mini van berangkat, kami sarapan bubur di depan pool, rasanya standard, pesan teh manis, eh.. teh manisnya kelat sekelat-kelatnya, pahit, kasian ginjalku, awalnya kirain kopi.



Sarapan bubur plus teh perusak ginjal


Prosesnya masih sama seperti waktu berangkat, berhenti di check point. Yang menarik dari perjalanan balik ke Penang ini adalah, kami bisa menikmati panjangnya Penang bridge, waktu berangkat hari masih gelap jadi Penang bridgenya tidak kelihatan.

Sore, nyampe di Penang, mamak udah capek dan tidak mau lagi pergi kemanapun, cuma pengen tidur di apartment. Jadilah kami tiga anaknya yang pergi. Kami ke komtar nik bus, ongkosnya 1,4 RM, kebagian berdiri, capek. Beli makanan oleh-oleh khas Penang di pasar chowrasta, kue kacang hijau, manisan pala, kerupuk cumi, dll. Di komtar nyari sepatu vincci dan jeans big sized nya si adek. Di depan Pranggin Mall ada mbak-mbak orang jawa jual makanan yang bahasa Indonesianya sudah kacau balau, katanya dia udah lama tinggal di Penang, Mbak Ani namanya, wah.. akhirnya ketemu juga selera nusantara, masakan Indonesia.

Balik ke apartemen, tidur, besok paginya diantar ke airport Bayan Lepas, kembali ke kampung tercinta.

Selasa, 18 Januari 2011

ouch....

Dilabrak…. Ouch…

Mungkin kita terlalu lama dijajah Belanda terlintas dipikiran saya. Entah mengapa di lingkungan saya orang-orang sangat menghormati orang kulit putih (bule). Berkali-kali dihina dan direndahkan tidak membuat kami kehilangan rasa hormat itu. Rasa hormat dalam hal ini adalah tetap bersikap baik. Berkali-kali dia mengucapkan “I hate Indonesian” tidak membuat kami bergeming atu setidaknya menunjukkan reaksi ketidak sukaan kami. Bisa berteman dengan orang asing berkulit putih seakan punya nilai tersendiri dalam pergaulan, tak perduli seberapa buruknya pun mereka memperlakukan kami. Mungkin kita terlalu lama dijajah Belanda, sehingga terbentuklah “mental budak” dalam diri kami.Tak terkecuali bagi para wanita dilingkungan saya, bisa menjalin hubungan dengan bule seakan menaikkannya ke suatu kelas sosial tertentu, apalagi sampai menikah, tak tergambarkan bangganya.

Diskriminasi juga terjadi di dunia pekerjaan. Orang asing selalu dibayar lebih tinggi dari pada tenaga lokal. Padahal belum tentu kemampuan tenaga lokal lebih rendah. Kalau memang sesuai kemampuan, wajar-wajar saja. Untuk bahasa, misalnya, karena lidah mereka yang native buat bahasanya yang dipelajari di seluruh dunia, tentu saja kita tidak bisa menandingi, hey… that is their language. Tapi kalau untuk grammar atau spelling, saya tahu banyak tenaga lokal yang lebih menguasai dibanding mereka yang berkulit putih. Malah bisa dikatakan kemampuan mereka dibawah rata-rata untuk hal itu. Belum lagi latar pendidikan mereka yang tidak jelas, dan attitude yang amburadul.

Logikanya, kalau mereka sejahtera di negaranya yang katanya maju ,menyenangkan dan selalu dibangga-banggakannya itu, ngapain datang ke negara berkembang yang selalu direndahkannya ini, bekerja dan hidup disini. Tetapi tetap saja para pengusaha memakai tenaga mereka dan membayar mereka dengan sangat tinggi, berlipat-lipat kali lebih besar dari tenaga lokal. Konon katanya punya karyawan bule membuat konsumen tertarik, jadi baik sekali untuk bisnis. Bangsa sendiri pun tidak menghargai bangsa sendiri dengan sepantasnya. Siapa lagi yang bakal menghargai kita?

Saya koar-koar seperti ini bukan karena saya punya pengalaman buruk dengan satu diantaranya yang kebetulan teman sekantor saya.
Ceritanya begini, di hari senin kemarin, tiba-tiba dia datang kehadapan saya, “I wanna talk to you” katanya. Belum sempat saya menarik napas, dia sudah mencecar saya dengan makian-makian dalam bahasanya, kasar sekali. Terkejut dengan perlakuan itu, saya hanya sempat bilang,”I didn’t do it” sambil menahan tangis. Karena tuduhannya terhadap saya itu tidak benar, dan saya punya saksi-saksinya. Tak pernah terbayang pada saya akan punya masalah dengan orang lain.

Beberapa hari yang lalu, saya dan tiga orang teman berkumpul setelah menyelesaikan pekerjaan. Karena itu ruangan teman saya, jadi saya tidak canggung menyentuh barang apapun di ruangan itu. Kebetulan saya berdiri di dekat meja, di meja itu kebetulan ada buku si bule, ketinggalan ceritanya. Iseng aja, saya buka buku itu(sekilas, only a glance), “ugly handwriting” ucap saya, tak lebih dari itu, saya tidak tahu apa isinya. Tak lama si bule datang dengan maksud mengambil bukunya.

Kemarin, di depan banyak orang, dia melabrak saya…. “ next time if somebody left their book, don’t open it, read it and tell everybody about it…bla…bla… u f******…..bla…bla…. that is a f****** childish things to do…&*%*$$&(((&*%#@!#%^&((()*&%^%$#@#%^&&*...., I hate all Indonesian”

Penting diketahui hal itu diucapkan di depan banyak orang dan anak-anak….
Setelah itu dia pergi, tak lama kemudian dia datang lagi, tak kuasa menahan marah dan takut lepas kendali, saya pergi. Ternyata dia malah marah-marah kepada teman yang saya tinggalkan disana “ if you want to say something say it in front of me, you f******…… kiss my ash…..$#%$&*%&^%%^$%##!!$#”. Dimana etikanya sebagai seorang manusia. Terlepas dari apapun masalahnya, tidak sepantasnya dia mengucapkan kata-kata kotor dan kasar seperti itu kepada manusia lain, katanya educated well, berasal dari negara yang paling beradab, kelakuan kok kayak tarzan.

Saya memang membuka buku itu (tidak dengan maksud khusus), tapi membacanya dengan tekun (cukup tekun untuk menyelami isinya) tidak saya lakukan, apalagi menyebarkan isinya kepada semua orang. Saya bahkan tak tahu apa isinya. Saya tidak punya kepentingan apapun dengan dia, bukunya atau apapun yang melekat dengan dirinya!

Bukan hanya sekali kata-kata kasar di lontarkanya untuk menghina bangsa ini dan kami. Banyak dari kami juga mendengar bukan hanya saya. Perlu saya tambahkan tidak semua orang asing seperti dia ini, karena banyak juga kok yang baik dan sadar benar dan kalau mereka hidup, makan, tidur, ook, dan kerja disini.

Mungkin kekurangan saya adalah tidak terlalu perduli, saya reaktif, tapi tindakan saya lebih kepada menjauhi masalah, malas berurusan dengan orang seperti itu, sampai akhirnya saya benar-benar terkena langsung. Seharusnya kami reaktif sedari awal dia mulai melecehkan, mengejek, dan menghina tempat kita tinggal. Mungkin memang tidak ada lagi nasionalisme dalam jiwa kami. Kalau saja dari awal kami sudah menunjukkan ketidaksukaan kami, pastilah dia tidak akan menjadi-jadi.

Banyak orang tahu tentang ini, di kantor berita memang cepat menyebar, tak terkatakan suasana hati saya saat itu. Hari senin, in the morning dah digituin sama orang yang bahkan numpang tinggal di negara tercinta saya ini, dan faktanya, saya tidak melakukan apa yang dituduhkannya. Banyak teman yang bersimpati pada saya( thanks all…  ).

Siang harinya, istrinya (orang Indonesia), datang minta maaf pada saya, “ its all my fault, if you want to blame somebody, just blame me” katanya. Takut break down and cry again, “I will appreciate if we don’t talk about it, I just want to forget it” kata saya. Anehnya si bule tidak menemui teman saya yang tiga lagi. Why only me? Poor I am ( I found new fact, why only me)

Usut punya usut plus analisa saya, ternyata ini berawal dari masalahnya dengan istrinya. Waktu bukunya ketinggalan, dia heboh nyariin bukunya kemana-kemana. Hal ini mungkin membuat istrinya curiga. Kenapa buku itu sebegitu pentingnya buat dia. Istinya baca buku itu dan ternyata memang ada “sesuatu di dalamnya”, membuat mereka bertengkar, dan si bule berasumsi sayalah yang telah dengan tekun membaca bukunya dan memberitahu ke istinya.(asumsi saya, dan pengarahan pikiran dari seorang teman, gak tau benar apa gak) Kurang kerjaan apa, I don’t even close with his wife.. Hey… he must not know ‘bout me, his problem is not my business, agaknya saya lagi sial, apes… in the wrong time and wrong place. Sampai hari ini dia tidak minta maaf pada saya.

Dia bukan laki-laki, pengecut, anak-anak yang tidak bisa mengontrol emosi!

Banyak teman bersimpati, tapi tetap saja mereka memperlakukan dia dengan baik. Hey… salah satu perempuan negeri ini direndahkan, semua orang yang mengaku orang Indonesia di tempat ini direndahkan, dan tetap teman sebangsa saya tidak merasa ikut direndahkan. Terbayang pada saya jika kejadian ini dilakukan orang lokal, sebangsa sendiri, pastilah lain reaksinya.
Kita terlalu lama dijajah Belanda.


Yo180111




Jumat, 14 Januari 2011

so...

So…….
Kemarin, setelah ngobrol dengan seorang teman, saya jadi sadar tidak semua bisa dibuat sederhana kalau menyangkut hati.

Jadi begini ceritanya, teman saya ini sudah lama naksir seorang cowok. seperti kebanyakan cewek-cewek lain, dia kerap bercerita pada sahabat dekatnya, biasalah curhat session. Di luar dugaan, suatu hari sang sahabat "permisi" padanya. Ternyata cowok pujaaan hatinya memilih sang sahabat untuk dijadikan teman hidup dan sang sahabat pun merespon positif. Sang sahabat sampai banting stir memutuskan pacarnya dan jalan dengan si pujaan hati.
Temen saya tentu kecewa, tapi dia berpikir, si cowok pujaan tidak tahu sama sekali tentang perasaannya, kalau pun tau, kemungkinan besar responnya tidak akan sama dengan perasaan teman saya. jadi logikanya, kalau sang sahabat dan si cowok pujaan hati saling cinta dan ingin membangun masa depan bersama, why not? she just an outsider :( .
Waktu merangkak, matahari masih bersinar, hujan sesekali, daun yang berguguran pun tetap tumbuh lagi. Teman saya (entah dapat kekuatan dari mana) tetap berteman baik dengan sang sahabat, hari pernikahan pun semakin dekat. Teman saya punya sedikit penyesalan dalam hatinya. Seharusnya dia nyatakan perasaannya, tanpa peduli diterima atau tidak,  at least si cowok pujaan hati tau, tapi sekarang sudah terlambat. Hey… they are getting married. Dengan perasaan sesal itu, sepertinya dia harus memendam perasaan sampai mati. Kita semuanya tahu betapa jeleknya naksir pada calon suami orang lain, apalagi calon suami sahabat sendiri.
Hingga suatu hari, mereka putus. Sebenarnya dia tidak terkejut, sang sahabat sejati kerap bercerita tentang kurangnya perhatian si cowok pujaan hati pada sang sahabat. tapi teman saya ini tidak menyangka akan sejauh itu, mengingat  mereka akan menikah, dan keluarga sudah saling berhubungan dengan baik.
Dengan tidak ada maksud tidak sensitive sama sekali atas berakhirnya hubungan seseorang, teman saya mulai contact dengan si cowok pujaan hati (hey they are broke up now, it means no relationship at all). Teman saya takut mati penasaran kalau tidak menyatakan perasaannya. “ini second chance buat aku”, tuturnya. Apapun respon si cowok pujaan hati dia tidak peduli. Dia merasa dengan begitu dia akan bebas, tapi apa iya?
Sesuai perkiraan, si cowok pujaan hati tidak meespon balik perasaannya, tapi itu tidak jadi masalah untuknya, bukankah tujuan pentingnya hanya let him know. Serba salah jadinya, di satu sisi dia malah merasa bersalah pada sang sahabat,” if I do the same thing like her, so what make me different from her?” ucapnya. Di satu sisi dia merasa perlu memperjuangkan hatinya ( apa yang dia percayai, karena yang dia tahu hanya dia harus berusaha untuk apapun yang dia mau, yang namanya bonus datang dari langit itu tidak pernah ada. Dia merasa dia diberkati oleh Tuhan dan segala yang didapat juga berasal dari Dia, tapi tetap manusia harus berjuang untuk hidupnya kan, barulah berkat itu akan datang melalui jalannya).

Sesekali dia mengaku lelah berada diantara mereka bertiga (sang sahabat, sang pujaan hati dan si mantan pacar sang sahabat yang masih merasa dicurangi oleh sang sahabat dan bertekad menyengsarakan hidup sang sahabat), dia tidak merasa dirugikan, hanya lelah, dan makin lelah karena dia tahu benar dirinya sendirilah yang menempatkan dirinya disituasi pelik itu. Acapkali dia ingin keluar. Tapi seakan-akan ada kekuatan yang menariknya masuk kembali ke pusaran itu, dia menyebutnya pusaran.  Berjanji dalam hati untuk memutuskan contact sudah berkali-kali ditekadkannya, tapi hal yang sama berulang lagi, berkali-kali.

Kalau saja si cowok pujaan hati bersikap kasar, atau tidak baik maka akan lebih mudah untuk lepas. Kenyataannya si cowok pujaan hati, sopan dan asik diajak ngobrol, walau jelas-jelas dia menyatakan tidak bisa membalas perasaan teman saya.
Sang sahabat? Setelah putus dengan si cowok pujaan hati, beberapa kali dia menjalin hubungan dengan pria lain dan hampir menikah, tetapi entah kenapa selalu gagal. Dia sampai minta maaf (hal yang tidak pernah dilakukannya sebelumnya) kepada teman saya karena dia merasa mencurangi teman saja.
But all of those doesn’t make any different, samapi sekarang  teman saya dan sang sahabat masih berteman karib, teman saya dengan si mantannya sahabat juga, dan tetap contact dengan si cowok pujaan hati, walau hanya sekedar text “selamat memulai hari”.
Why she can’t make it simple.
Faktanya:
1.      Si cowok pujaan hati tidak punya perasaan padanya dan dia sudah let him know, so… leave him alone!
2.      Si cowok pujaan hati mungkin masih punya perasaan pada sang sahabat mengingat sampai sekarang dia  belum punya pasangan lagi, so……. Let him find his way…!
3.      Sang sahabat juga pasti masih punya perasaan pada si cowok pujaan hati ( dari hasil curhat session), so…….. let her find her way too!
4.      Go away from them and start a new wonderful life!

Tapi apa iya bisa dibuat sesederhana itu?