rasa, kata dan mimpi .....

Jumat, 25 Februari 2011

pernah..

Hai waktu,
Cepatlah berlalu, tak berlari tak mengapa,
Merangkakpun jadilah…
Asalkan berlalu…
Seperti film-film di televisi… “5 tahun kemudian….”
karena ku tau waktu kan sembuhkan luka
Hingga aku bisa bercerita tanpa luka:
“pernah jadi dalam hidup ku… hatiku kehilangan orbitnya tapi mataku berbinar-binar”.
“pernah ku menawarkan hati, tapi tak diterima.”
“pernah ku mengharap setengah mati.”
“pernah ku kehilangan harga diri yang kupikir tak perlu kumiliki bila denganmu”
“pernah ku ingin setengah mati kau tau asliku.”
“pernah ku ingin mengenalmu sampai meradang.”
“pernah satu pesan teks darimu bisa buatku semangat seharian.”
“pernah hati ku galau bila tak kau balas pesan sederhanaku.”
“pernah….pernah….pernah… dan pernah-pernah yang lain.”
Pernah, pernah, pernah, kata yang digunakan untuk sesuatu yang sudah dilalui…
Inginku…
Bila saat itu tiba, ku kan bercerita dengan tawa, karena ada kau disiku….


Yo250211

Rabu, 23 Februari 2011

negatif

pagi ini saya dapat pelajaran baru, sebenarnya sudah lama tahu tapi apa ynag saya dengar pagi ini menegaskan.
kalau kita sudah tidak suka, ya tidak suka, tak perduli sebaik apapun orang tersebut memperlakukan kita.

hari ini teman kerja saya berulang tahun, dengan cerianya dan saya rasa cukup tulus atasan kami memberi selamat " happy birthday mr._________", yang diikuti teman-teman yang lain.

setelah si atasan pergi, dia ngomel-ngomel "she said happy birthday and then put burden on my shoulder, by saying it she thinks she can give a lot of assignment, i am not her slave #%$^&*^*&(*(*_)."

semua orang tahu dia tidak suka dengan pihak manajemen, tapi anehnya di depan mereka dia selalu berlagak manis, dan ngomel as soon as they turn their body"

jaman sekarang mungkin memang susah sekedar mengucap "thank you" dan "happy birthday" tulus dari hati.

morning sunshine... but the sun is not shine brightly here... :)


yo240211

Kamis, 10 Februari 2011

Trip to Penang-Hatyai

Trip to Penang-Hatyai

Desember tahun lalu sebelum natal, saya, ibu, kakak dan adik saya jalan-jalan ke penang terus lanjut ke Hatyai. Rencana perjalanan cuma buat tiga hari, tanggal 25 Desember harus udah balik ke Medan.
Dari Medan kami berangkat pagi naik AirAsia, biasalah karena murah, tapi kalau dibandingkan dengan harga tiket AirAsia Medan-Penang diluar high season seperti ini, tiket kami termasuk mahal, tapi its ok lah, yang penting jalan-jalan.


Kakak, mamak dan aku, mejeng di gurney drive


Di bandara jemputan mini van dari apartemen yang kami sewa sudah menunggu, 35 RM untuk 4 orang, oh ya apartemen tempat kami menginap namanya Gurney park, persis disebelah Gurney mall, satu unit ada 3 kamar, karena kami dapat master room jadi tarifnya 60 RM, kamar biasa ditarif 50 RM, bedanya hanya kalau master room, kamar mandinya ada di dalam kamar. Apartemennya nyaman fasilitasnya lumayan, ada kulkas, alat masak sampai mesin cuci, pengusahanya orang Medan. Kebanyakan orang Medan ke penang untuk berobat jadi apartemen seperti ini banyak ditemui di Penang, terutama di dekat rumah sakit, dan jangan heran juga kebanyakan pengusahanya berasal dari Medan, kemudian hari saya tahu mengapa.


Hari pertama sampai di Penang kami langsung cari makan, sampai di Penang hari sudah siang, pesawat kami delay sampai 2 jam . Kami makan di persiaran Gurney, makan nasi ayam plus ice the tarik…. Mantap.,.. dari tukang jualan kami daapat informasi kalo di Penang sedang ada “pesta Sungai Nibong” di terminal Sungai Nibong, setelah kenyang makan dan foto-foto di dekat pantai, kami pun langsung berangkat naik taksi ke Sungai Nibong, ongkos taksinya 20 RM, mahal, tapi memang jaraknya lumayan jauh.

Pesta Sungai Nibong itu ternyata gak jauh beda dengan Pekan Raya Sumatera Utara yang diadakan setahun sekali di Medan. Isinya kebanyakan stand-stand pedagang baju, aksesoris, buku, makanan, sampai karpet dengan harga miring. Yang menarik adalah kami ketemu Paviliun Sumatera Utara disana, bangga juga  gak lupa foto-foto tentunya.


Belanja di Pesta Sungai Nibong


Kembali ke Apartemen hari sudah gelap, bertemulah kami dengan penghuni kamar sebelah yang ternyata…. Para pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Medan, yang ditugasi menjaga Paviliun Sumatera Utara di pesta Sungai Nibong.

Dengan bantuan penjaga apartemen (Kak Sri) yang membookingkan tiket mini van ke Hatyai, besok paginya jam 5 kami sudah menunggu jemputan untuk berangkat ke Hatyai. Ternyata jam karet sudah membudaya diantara semua orang Melayu, mini vannya baru datang jam 6.00, alhasil kami nyampe di Hatyai siang hari.di mini van ada beberapa penumpang lain selain kami. Di jalan kami sempat berhenti untuk sarapan, kemudian lanjut lagi hingga perbatasan Malaysia, kami turun dari mini van dan ngantri di imigrasi. Ditempat sarapan kami dimintai 1 RM perorang, lalu diberi kartu imigrasi yang harus kami isi(pungli tuh…). Tak lama berselang kami turun lagi, kali ini antriannya lebih panjang di imigrasi Thailand, disini mulai bnayak terlihat huruf “keriting”.



Ngantri di imigrasi


Tak sampai satu jam dari check point, akhirnya kami tiba juga di Hatyai. Disilah kami baru byar ongkos 60 RM per orang for two ways . Kami menginap di Hotel Golden Crown yang sudah saya booking sebelumnya dari Medan via internet. Rupa-rupanya Hotel Golden Crown itu ada dua, Golden Crown tempat kami menginap itu versi murahnya. Si Supir mini van keliru mengantar kami ke Golden Crown yang mahal. Terpaksa kami naik tuk-tuk ke hotel kami, tarif tuk-tuk 15 baht per orang, padahal dekat, kalau saja kami tahu jaraknya dekat pastilah kami memilih jalan kaki saja, biar hemat.. heheheeheh….

Nyampe di hotel check in lalu kami keluar cari makan, tidak jauh dari hotel kami nemu tempat makan, rasanya lumayan, tapi kurang kena ke lidah kami. Setelah makan kami nyari kaos yang ada tulisan Thailand nya, katanya belanja disini murah, saya tak sabar ingin membuktikannya. Berbekal hasil searchingan dari google kami menyusur jalan yang katanya banyak penjual souvenirnya. Suasana di pasar Hatyai ini tidak ada bedanya dengan pasar sambu di Medan, wkkkkk.. jauh-jauh ke Hatyai ketemu pasar Sambu juga…karena disepanjang jalan harga kaosnya tidak seperti yang di harapkan, kami naik tuk-tuk lagi ke Poulsuwan road, disini kami beli kaos Thailand dengan harga 100 baht, kira-kira Rp 30.000, murah menurut saja apalagi kualitaasnya memang bagus.

Dari poulsuwan road kamu naik tuk-tuk ke Lee Garden plaza, sorry to say.. Indonesia masih jauh lebih bagus kemana-mana. Disini kakak saya dapet celana kargo buat suaminya dengan harga murah. Keluar dari Lee Garden kami menyusur jalan lagi ingin beli gantungan kunci ( oleh-oleh murah meriah). Masalah oleh-oleh selesai.




Naik tuk-tuk


Pergi ke Thailand sepertinya tidak lengkap kalau tidak foto di kuil. Saya hampir pingsan bertanya dimana letak kuil sleeping Buddha, mereka tidak tau, atau tidak mengerti, memang sulit sekali berkomunikasi dengan mereka, jarang ada yang bias berbahasa inggris, bahasa melayu juga so-so, hufffff….
Akhirnya ada juga supir tuk-tuk yang ngerti, setelah tawar-menawar kami diantar ke kuil sleeping Buddha, tempatnya luas kyak lapangan, didekat sekolah, sesuai kesepakatan si supir tuk-tuk menunggu kami foto-foto. Sebelum pulang si supir sempat meminta kami untuk berdoa, “sorry we are not buddhis”, kata saya.

Kami diantar sampai dekat hotel, tidak bisa tepat di depan hotel karena jalan satu arah. Setelah mandi dan bersih-bersih, kami turun lagi nyari makan malam. Di dekat hotel tempat kami menginap banyak sekali pedagang makanan di sepanjang jalan yang tadi siang tak tampak, bahkan toko-toko di sekitar pun mulai buka pukul 5 sore. Setalah order makanan dengan bahasa tarzan, pake gerakan tangan, ekspresi sampil tunjuk-tunjuk akhirnya kami bisa makan juga. Lucunya sulit sekali untuk bayar bill makanan, saya tidak mengerti si penjual bilang berapa, dan si penjual juga tidak mengerti saya bilang apa, akhirnya angkanya dia tulis di atas kertas, barulah jelas, mau bayar aja kok repot….
Setelah makan kami sempat lihat-lihat, kakak saya dapat sepatu bagus buat kerja dengan harga murah. Berhubung mamak udah capek, kami naik ke hotel dan terlelap, besok pagi harus balik ke Penang.


Makan malam

Besok paginya, karena khawatir si supir minivan akan menjemput kami di tempat dia drop kami sebelumnya, kami berinisiatif untuk naik tuk-tuk ke poolnya langsung, lagi-lagi telat, tengah hari kami baru berangkat, padahal di jadwal seharusnya berangkat jam 9.30 pagi. Sembari menunggu mini van berangkat, kami sarapan bubur di depan pool, rasanya standard, pesan teh manis, eh.. teh manisnya kelat sekelat-kelatnya, pahit, kasian ginjalku, awalnya kirain kopi.



Sarapan bubur plus teh perusak ginjal


Prosesnya masih sama seperti waktu berangkat, berhenti di check point. Yang menarik dari perjalanan balik ke Penang ini adalah, kami bisa menikmati panjangnya Penang bridge, waktu berangkat hari masih gelap jadi Penang bridgenya tidak kelihatan.

Sore, nyampe di Penang, mamak udah capek dan tidak mau lagi pergi kemanapun, cuma pengen tidur di apartment. Jadilah kami tiga anaknya yang pergi. Kami ke komtar nik bus, ongkosnya 1,4 RM, kebagian berdiri, capek. Beli makanan oleh-oleh khas Penang di pasar chowrasta, kue kacang hijau, manisan pala, kerupuk cumi, dll. Di komtar nyari sepatu vincci dan jeans big sized nya si adek. Di depan Pranggin Mall ada mbak-mbak orang jawa jual makanan yang bahasa Indonesianya sudah kacau balau, katanya dia udah lama tinggal di Penang, Mbak Ani namanya, wah.. akhirnya ketemu juga selera nusantara, masakan Indonesia.

Balik ke apartemen, tidur, besok paginya diantar ke airport Bayan Lepas, kembali ke kampung tercinta.