pernah ada yang berkata," you care about my everything."
boleh kah aku juga mengucap,"i wanna care about your everything."
pos, yo 110311
rasa, kata dan mimpi .....
Jumat, 11 Maret 2011
Senin, 07 Maret 2011
Kamis, 03 Maret 2011
strategi?
strategi?
Ini bukan srategi…
Aku bukan dia yang mundur sejenak untuk mengatur stategi
Aku sadar aku butuh strategi padamu…
Tapi aku kurang ahli dalam hal strategi ini…
Lagipula dari awal aku tidak menganggap ini perang, jadi untuk apa strategi…
Aku tidak berperang dengan hatiku sayang….
Jika aku mundur, itu berarti aku sakit…
Jika aku maju, itu artinya aku kangen padamu…
Jika aku genit, itu yang kurasa…
Aku buku terbuka…
Yang terlihat itulah yang di dalam…
Sering kali hal ini kudapati tidak menguntungkanku dalam dunia basa basi ini…
Tapi aku adalah aku… aku tak memaksa…
Mungkin satu kesamaan kita, pertanyaan “sampai kapan?”
Sayang, akupun tak tau…
Sabar padaku ya….
Ini bukan srategi…
Aku bukan dia yang mundur sejenak untuk mengatur stategi
Aku sadar aku butuh strategi padamu…
Tapi aku kurang ahli dalam hal strategi ini…
Lagipula dari awal aku tidak menganggap ini perang, jadi untuk apa strategi…
Aku tidak berperang dengan hatiku sayang….
Jika aku mundur, itu berarti aku sakit…
Jika aku maju, itu artinya aku kangen padamu…
Jika aku genit, itu yang kurasa…
Aku buku terbuka…
Yang terlihat itulah yang di dalam…
Sering kali hal ini kudapati tidak menguntungkanku dalam dunia basa basi ini…
Tapi aku adalah aku… aku tak memaksa…
Mungkin satu kesamaan kita, pertanyaan “sampai kapan?”
Sayang, akupun tak tau…
Sabar padaku ya….
Selasa, 01 Maret 2011
the case of missing "kaca sepion"
so.. begini ceritanya...
Pagi hari seperti biasanya saya pergi ke kantor dengan mengendari sepeda motor saya tercinta(tercinta tapi males nyucinya, walopun sekedar mengantar ke door smeer, malas nunggunya, jarang diservis, dd :)). Seperti kebanyakan sepeda motor(kereta, kata orang medan) di medan, sepeda motor saya punya kaca sepion, satu, di sebelah kanan. Kaca sepion ini sudah saya anggap seperti sahabat sendiri, karena si kaca sepionlah tempat saya ngaca tiap hari sambil tersenyum genit kala menunggu lampu merah berubah hijau, tiap hari.
Sore hari, ketika saya pulang kantor, saya seperti tidak menemukan sosok sepeda motor saya dari jauh (maklum mata saya rabun). Biasanya saya mengenali sepeda motor saya dari helm yang saya cantolkan di atas kaca sepion tercinta tadi, tapi kok tidak ada ya? setelah semakin dekat dengan parkiran, saya berkali-kali mengecek nopol sepeda motor saya, seperti yakin tak yakin. Helm butut saya bertengger manis di jok dan posisi sepeda motor tidak pada tempat semula, dan.... kaca sepion saya hilang!
Spontan saya bertanya pada satpam yang berjaga di parkiran " bang, kaca sepion ku mana?", "lho.. gak ada miss, gak tau miss", katanya. saya kesal sekali. Saya dan si satpam mencari-cari disekitar parkiran, "manatau jatuh", kata saya (which is impossible). Membuka kaca sepion ternyata tidak segampang itu, jadi jelas seseorang membukanya dengan sengaja.
Saya akhirnya pulang dengan perasaan kesal, satpam yang lain pun terheran-heran, mengapa kaca sepion saya bisa hilang, mengingat tidak semua orang punya akses ke parkiran yang khusus karyawan itu (dengan pengamanan super ketat dilengkapi cctv).
Esok harinya, saya bertekad melaporkan kehilangan kaca sepion, karena ini bukan masalah kaca sepion lagi, tapi masalah keamanan. Kalau hari ini kaca sepion, besok mungkin roda belakang, besoknya mungkin sepeda motornya sekalian raib.. ihhh serem..
Tapi ada dilema disini, disatu sisi, kalau saya melapor si satpam bisa dapat sanksi, tapi kalau tidak melaporpun rasanya tidak benar, apalagi seorang teman memberi saran "beli aja lagi paling cuma 20 rb, gak usah dibesar2in."
Ternyata tanpa perlu melapor, head of security sudah tahu, dan berhembus kabar mereka sudah menemukan pelakunya.
Sebelum makan siang, head of security memanggil saya ke consultation room, di dalam ruangan sudah menunggu dua orang pria yang tidak terlalu saya kenal plus dua buah kaca sepion sebelah kanan. Salah satu pria tadi(supir, saya tahu kemudian) langsung minta maaf kepada saya dan mencoba menjelaskan, sementara satunya lagi (gardener)diam saja.
Jadi ceritanya begini:kaca sepion si supir itu, tanpa sepengetahuannya dibuka dari rumah oleh orang tuanya, melihat tidak ada kaca sepion, dia panik dan mengambil inisiaif membuka kaca sepion sepeda motor yang lain (dalam hati saya menyebutnya mencuri) dan memasangkannya ke sepeda motornya. ketika si pemilik sepeda motor(gardener) datang, dia ikutan panik melihat kaca sepionnya raib, jadi dia membuka kaca sepion saya dan memasangkannya di sepeda motornya, dia juga menyebut dirinya korban.
Case of missing "kaca sepion" was solved
"When you lost your thing, it doesn't mean you can take another person's thing to replace yours"
POS
yo020311
Pagi hari seperti biasanya saya pergi ke kantor dengan mengendari sepeda motor saya tercinta(tercinta tapi males nyucinya, walopun sekedar mengantar ke door smeer, malas nunggunya, jarang diservis, dd :)). Seperti kebanyakan sepeda motor(kereta, kata orang medan) di medan, sepeda motor saya punya kaca sepion, satu, di sebelah kanan. Kaca sepion ini sudah saya anggap seperti sahabat sendiri, karena si kaca sepionlah tempat saya ngaca tiap hari sambil tersenyum genit kala menunggu lampu merah berubah hijau, tiap hari.
Sore hari, ketika saya pulang kantor, saya seperti tidak menemukan sosok sepeda motor saya dari jauh (maklum mata saya rabun). Biasanya saya mengenali sepeda motor saya dari helm yang saya cantolkan di atas kaca sepion tercinta tadi, tapi kok tidak ada ya? setelah semakin dekat dengan parkiran, saya berkali-kali mengecek nopol sepeda motor saya, seperti yakin tak yakin. Helm butut saya bertengger manis di jok dan posisi sepeda motor tidak pada tempat semula, dan.... kaca sepion saya hilang!
Spontan saya bertanya pada satpam yang berjaga di parkiran " bang, kaca sepion ku mana?", "lho.. gak ada miss, gak tau miss", katanya. saya kesal sekali. Saya dan si satpam mencari-cari disekitar parkiran, "manatau jatuh", kata saya (which is impossible). Membuka kaca sepion ternyata tidak segampang itu, jadi jelas seseorang membukanya dengan sengaja.
Saya akhirnya pulang dengan perasaan kesal, satpam yang lain pun terheran-heran, mengapa kaca sepion saya bisa hilang, mengingat tidak semua orang punya akses ke parkiran yang khusus karyawan itu (dengan pengamanan super ketat dilengkapi cctv).
Esok harinya, saya bertekad melaporkan kehilangan kaca sepion, karena ini bukan masalah kaca sepion lagi, tapi masalah keamanan. Kalau hari ini kaca sepion, besok mungkin roda belakang, besoknya mungkin sepeda motornya sekalian raib.. ihhh serem..
Tapi ada dilema disini, disatu sisi, kalau saya melapor si satpam bisa dapat sanksi, tapi kalau tidak melaporpun rasanya tidak benar, apalagi seorang teman memberi saran "beli aja lagi paling cuma 20 rb, gak usah dibesar2in."
Ternyata tanpa perlu melapor, head of security sudah tahu, dan berhembus kabar mereka sudah menemukan pelakunya.
Sebelum makan siang, head of security memanggil saya ke consultation room, di dalam ruangan sudah menunggu dua orang pria yang tidak terlalu saya kenal plus dua buah kaca sepion sebelah kanan. Salah satu pria tadi(supir, saya tahu kemudian) langsung minta maaf kepada saya dan mencoba menjelaskan, sementara satunya lagi (gardener)diam saja.
Jadi ceritanya begini:kaca sepion si supir itu, tanpa sepengetahuannya dibuka dari rumah oleh orang tuanya, melihat tidak ada kaca sepion, dia panik dan mengambil inisiaif membuka kaca sepion sepeda motor yang lain (dalam hati saya menyebutnya mencuri) dan memasangkannya ke sepeda motornya. ketika si pemilik sepeda motor(gardener) datang, dia ikutan panik melihat kaca sepionnya raib, jadi dia membuka kaca sepion saya dan memasangkannya di sepeda motornya, dia juga menyebut dirinya korban.
Case of missing "kaca sepion" was solved
"When you lost your thing, it doesn't mean you can take another person's thing to replace yours"
POS
yo020311
Jumat, 25 Februari 2011
pernah..
Hai waktu,
Cepatlah berlalu, tak berlari tak mengapa,
Merangkakpun jadilah…
Asalkan berlalu…
Seperti film-film di televisi… “5 tahun kemudian….”
karena ku tau waktu kan sembuhkan luka
Hingga aku bisa bercerita tanpa luka:
“pernah jadi dalam hidup ku… hatiku kehilangan orbitnya tapi mataku berbinar-binar”.
“pernah ku menawarkan hati, tapi tak diterima.”
“pernah ku mengharap setengah mati.”
“pernah ku kehilangan harga diri yang kupikir tak perlu kumiliki bila denganmu”
“pernah ku ingin setengah mati kau tau asliku.”
“pernah ku ingin mengenalmu sampai meradang.”
“pernah satu pesan teks darimu bisa buatku semangat seharian.”
“pernah hati ku galau bila tak kau balas pesan sederhanaku.”
“pernah….pernah….pernah… dan pernah-pernah yang lain.”
Pernah, pernah, pernah, kata yang digunakan untuk sesuatu yang sudah dilalui…
Inginku…
Bila saat itu tiba, ku kan bercerita dengan tawa, karena ada kau disiku….
Yo250211
Cepatlah berlalu, tak berlari tak mengapa,
Merangkakpun jadilah…
Asalkan berlalu…
Seperti film-film di televisi… “5 tahun kemudian….”
karena ku tau waktu kan sembuhkan luka
Hingga aku bisa bercerita tanpa luka:
“pernah jadi dalam hidup ku… hatiku kehilangan orbitnya tapi mataku berbinar-binar”.
“pernah ku menawarkan hati, tapi tak diterima.”
“pernah ku mengharap setengah mati.”
“pernah ku kehilangan harga diri yang kupikir tak perlu kumiliki bila denganmu”
“pernah ku ingin setengah mati kau tau asliku.”
“pernah ku ingin mengenalmu sampai meradang.”
“pernah satu pesan teks darimu bisa buatku semangat seharian.”
“pernah hati ku galau bila tak kau balas pesan sederhanaku.”
“pernah….pernah….pernah… dan pernah-pernah yang lain.”
Pernah, pernah, pernah, kata yang digunakan untuk sesuatu yang sudah dilalui…
Inginku…
Bila saat itu tiba, ku kan bercerita dengan tawa, karena ada kau disiku….
Yo250211
Rabu, 23 Februari 2011
negatif
pagi ini saya dapat pelajaran baru, sebenarnya sudah lama tahu tapi apa ynag saya dengar pagi ini menegaskan.
kalau kita sudah tidak suka, ya tidak suka, tak perduli sebaik apapun orang tersebut memperlakukan kita.
hari ini teman kerja saya berulang tahun, dengan cerianya dan saya rasa cukup tulus atasan kami memberi selamat " happy birthday mr._________", yang diikuti teman-teman yang lain.
setelah si atasan pergi, dia ngomel-ngomel "she said happy birthday and then put burden on my shoulder, by saying it she thinks she can give a lot of assignment, i am not her slave #%$^&*^*&(*(*_)."
semua orang tahu dia tidak suka dengan pihak manajemen, tapi anehnya di depan mereka dia selalu berlagak manis, dan ngomel as soon as they turn their body"
jaman sekarang mungkin memang susah sekedar mengucap "thank you" dan "happy birthday" tulus dari hati.
morning sunshine... but the sun is not shine brightly here... :)
yo240211
kalau kita sudah tidak suka, ya tidak suka, tak perduli sebaik apapun orang tersebut memperlakukan kita.
hari ini teman kerja saya berulang tahun, dengan cerianya dan saya rasa cukup tulus atasan kami memberi selamat " happy birthday mr._________", yang diikuti teman-teman yang lain.
setelah si atasan pergi, dia ngomel-ngomel "she said happy birthday and then put burden on my shoulder, by saying it she thinks she can give a lot of assignment, i am not her slave #%$^&*^*&(*(*_)."
semua orang tahu dia tidak suka dengan pihak manajemen, tapi anehnya di depan mereka dia selalu berlagak manis, dan ngomel as soon as they turn their body"
jaman sekarang mungkin memang susah sekedar mengucap "thank you" dan "happy birthday" tulus dari hati.
morning sunshine... but the sun is not shine brightly here... :)
yo240211
Kamis, 10 Februari 2011
Trip to Penang-Hatyai
Trip to Penang-Hatyai
Desember tahun lalu sebelum natal, saya, ibu, kakak dan adik saya jalan-jalan ke penang terus lanjut ke Hatyai. Rencana perjalanan cuma buat tiga hari, tanggal 25 Desember harus udah balik ke Medan.
Dari Medan kami berangkat pagi naik AirAsia, biasalah karena murah, tapi kalau dibandingkan dengan harga tiket AirAsia Medan-Penang diluar high season seperti ini, tiket kami termasuk mahal, tapi its ok lah, yang penting jalan-jalan.
Kakak, mamak dan aku, mejeng di gurney drive
Di bandara jemputan mini van dari apartemen yang kami sewa sudah menunggu, 35 RM untuk 4 orang, oh ya apartemen tempat kami menginap namanya Gurney park, persis disebelah Gurney mall, satu unit ada 3 kamar, karena kami dapat master room jadi tarifnya 60 RM, kamar biasa ditarif 50 RM, bedanya hanya kalau master room, kamar mandinya ada di dalam kamar. Apartemennya nyaman fasilitasnya lumayan, ada kulkas, alat masak sampai mesin cuci, pengusahanya orang Medan. Kebanyakan orang Medan ke penang untuk berobat jadi apartemen seperti ini banyak ditemui di Penang, terutama di dekat rumah sakit, dan jangan heran juga kebanyakan pengusahanya berasal dari Medan, kemudian hari saya tahu mengapa.
Hari pertama sampai di Penang kami langsung cari makan, sampai di Penang hari sudah siang, pesawat kami delay sampai 2 jam . Kami makan di persiaran Gurney, makan nasi ayam plus ice the tarik…. Mantap.,.. dari tukang jualan kami daapat informasi kalo di Penang sedang ada “pesta Sungai Nibong” di terminal Sungai Nibong, setelah kenyang makan dan foto-foto di dekat pantai, kami pun langsung berangkat naik taksi ke Sungai Nibong, ongkos taksinya 20 RM, mahal, tapi memang jaraknya lumayan jauh.
Pesta Sungai Nibong itu ternyata gak jauh beda dengan Pekan Raya Sumatera Utara yang diadakan setahun sekali di Medan. Isinya kebanyakan stand-stand pedagang baju, aksesoris, buku, makanan, sampai karpet dengan harga miring. Yang menarik adalah kami ketemu Paviliun Sumatera Utara disana, bangga juga gak lupa foto-foto tentunya.
Belanja di Pesta Sungai Nibong
Kembali ke Apartemen hari sudah gelap, bertemulah kami dengan penghuni kamar sebelah yang ternyata…. Para pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Medan, yang ditugasi menjaga Paviliun Sumatera Utara di pesta Sungai Nibong.
Dengan bantuan penjaga apartemen (Kak Sri) yang membookingkan tiket mini van ke Hatyai, besok paginya jam 5 kami sudah menunggu jemputan untuk berangkat ke Hatyai. Ternyata jam karet sudah membudaya diantara semua orang Melayu, mini vannya baru datang jam 6.00, alhasil kami nyampe di Hatyai siang hari.di mini van ada beberapa penumpang lain selain kami. Di jalan kami sempat berhenti untuk sarapan, kemudian lanjut lagi hingga perbatasan Malaysia, kami turun dari mini van dan ngantri di imigrasi. Ditempat sarapan kami dimintai 1 RM perorang, lalu diberi kartu imigrasi yang harus kami isi(pungli tuh…). Tak lama berselang kami turun lagi, kali ini antriannya lebih panjang di imigrasi Thailand, disini mulai bnayak terlihat huruf “keriting”.
Ngantri di imigrasi
Tak sampai satu jam dari check point, akhirnya kami tiba juga di Hatyai. Disilah kami baru byar ongkos 60 RM per orang for two ways . Kami menginap di Hotel Golden Crown yang sudah saya booking sebelumnya dari Medan via internet. Rupa-rupanya Hotel Golden Crown itu ada dua, Golden Crown tempat kami menginap itu versi murahnya. Si Supir mini van keliru mengantar kami ke Golden Crown yang mahal. Terpaksa kami naik tuk-tuk ke hotel kami, tarif tuk-tuk 15 baht per orang, padahal dekat, kalau saja kami tahu jaraknya dekat pastilah kami memilih jalan kaki saja, biar hemat.. heheheeheh….
Nyampe di hotel check in lalu kami keluar cari makan, tidak jauh dari hotel kami nemu tempat makan, rasanya lumayan, tapi kurang kena ke lidah kami. Setelah makan kami nyari kaos yang ada tulisan Thailand nya, katanya belanja disini murah, saya tak sabar ingin membuktikannya. Berbekal hasil searchingan dari google kami menyusur jalan yang katanya banyak penjual souvenirnya. Suasana di pasar Hatyai ini tidak ada bedanya dengan pasar sambu di Medan, wkkkkk.. jauh-jauh ke Hatyai ketemu pasar Sambu juga…karena disepanjang jalan harga kaosnya tidak seperti yang di harapkan, kami naik tuk-tuk lagi ke Poulsuwan road, disini kami beli kaos Thailand dengan harga 100 baht, kira-kira Rp 30.000, murah menurut saja apalagi kualitaasnya memang bagus.
Dari poulsuwan road kamu naik tuk-tuk ke Lee Garden plaza, sorry to say.. Indonesia masih jauh lebih bagus kemana-mana. Disini kakak saya dapet celana kargo buat suaminya dengan harga murah. Keluar dari Lee Garden kami menyusur jalan lagi ingin beli gantungan kunci ( oleh-oleh murah meriah). Masalah oleh-oleh selesai.
Naik tuk-tuk
Pergi ke Thailand sepertinya tidak lengkap kalau tidak foto di kuil. Saya hampir pingsan bertanya dimana letak kuil sleeping Buddha, mereka tidak tau, atau tidak mengerti, memang sulit sekali berkomunikasi dengan mereka, jarang ada yang bias berbahasa inggris, bahasa melayu juga so-so, hufffff….
Akhirnya ada juga supir tuk-tuk yang ngerti, setelah tawar-menawar kami diantar ke kuil sleeping Buddha, tempatnya luas kyak lapangan, didekat sekolah, sesuai kesepakatan si supir tuk-tuk menunggu kami foto-foto. Sebelum pulang si supir sempat meminta kami untuk berdoa, “sorry we are not buddhis”, kata saya.
Kami diantar sampai dekat hotel, tidak bisa tepat di depan hotel karena jalan satu arah. Setelah mandi dan bersih-bersih, kami turun lagi nyari makan malam. Di dekat hotel tempat kami menginap banyak sekali pedagang makanan di sepanjang jalan yang tadi siang tak tampak, bahkan toko-toko di sekitar pun mulai buka pukul 5 sore. Setalah order makanan dengan bahasa tarzan, pake gerakan tangan, ekspresi sampil tunjuk-tunjuk akhirnya kami bisa makan juga. Lucunya sulit sekali untuk bayar bill makanan, saya tidak mengerti si penjual bilang berapa, dan si penjual juga tidak mengerti saya bilang apa, akhirnya angkanya dia tulis di atas kertas, barulah jelas, mau bayar aja kok repot….
Setelah makan kami sempat lihat-lihat, kakak saya dapat sepatu bagus buat kerja dengan harga murah. Berhubung mamak udah capek, kami naik ke hotel dan terlelap, besok pagi harus balik ke Penang.
Makan malam
Besok paginya, karena khawatir si supir minivan akan menjemput kami di tempat dia drop kami sebelumnya, kami berinisiatif untuk naik tuk-tuk ke poolnya langsung, lagi-lagi telat, tengah hari kami baru berangkat, padahal di jadwal seharusnya berangkat jam 9.30 pagi. Sembari menunggu mini van berangkat, kami sarapan bubur di depan pool, rasanya standard, pesan teh manis, eh.. teh manisnya kelat sekelat-kelatnya, pahit, kasian ginjalku, awalnya kirain kopi.
Sarapan bubur plus teh perusak ginjal
Prosesnya masih sama seperti waktu berangkat, berhenti di check point. Yang menarik dari perjalanan balik ke Penang ini adalah, kami bisa menikmati panjangnya Penang bridge, waktu berangkat hari masih gelap jadi Penang bridgenya tidak kelihatan.
Sore, nyampe di Penang, mamak udah capek dan tidak mau lagi pergi kemanapun, cuma pengen tidur di apartment. Jadilah kami tiga anaknya yang pergi. Kami ke komtar nik bus, ongkosnya 1,4 RM, kebagian berdiri, capek. Beli makanan oleh-oleh khas Penang di pasar chowrasta, kue kacang hijau, manisan pala, kerupuk cumi, dll. Di komtar nyari sepatu vincci dan jeans big sized nya si adek. Di depan Pranggin Mall ada mbak-mbak orang jawa jual makanan yang bahasa Indonesianya sudah kacau balau, katanya dia udah lama tinggal di Penang, Mbak Ani namanya, wah.. akhirnya ketemu juga selera nusantara, masakan Indonesia.
Balik ke apartemen, tidur, besok paginya diantar ke airport Bayan Lepas, kembali ke kampung tercinta.
Desember tahun lalu sebelum natal, saya, ibu, kakak dan adik saya jalan-jalan ke penang terus lanjut ke Hatyai. Rencana perjalanan cuma buat tiga hari, tanggal 25 Desember harus udah balik ke Medan.
Dari Medan kami berangkat pagi naik AirAsia, biasalah karena murah, tapi kalau dibandingkan dengan harga tiket AirAsia Medan-Penang diluar high season seperti ini, tiket kami termasuk mahal, tapi its ok lah, yang penting jalan-jalan.
Kakak, mamak dan aku, mejeng di gurney drive
Di bandara jemputan mini van dari apartemen yang kami sewa sudah menunggu, 35 RM untuk 4 orang, oh ya apartemen tempat kami menginap namanya Gurney park, persis disebelah Gurney mall, satu unit ada 3 kamar, karena kami dapat master room jadi tarifnya 60 RM, kamar biasa ditarif 50 RM, bedanya hanya kalau master room, kamar mandinya ada di dalam kamar. Apartemennya nyaman fasilitasnya lumayan, ada kulkas, alat masak sampai mesin cuci, pengusahanya orang Medan. Kebanyakan orang Medan ke penang untuk berobat jadi apartemen seperti ini banyak ditemui di Penang, terutama di dekat rumah sakit, dan jangan heran juga kebanyakan pengusahanya berasal dari Medan, kemudian hari saya tahu mengapa.
Hari pertama sampai di Penang kami langsung cari makan, sampai di Penang hari sudah siang, pesawat kami delay sampai 2 jam . Kami makan di persiaran Gurney, makan nasi ayam plus ice the tarik…. Mantap.,.. dari tukang jualan kami daapat informasi kalo di Penang sedang ada “pesta Sungai Nibong” di terminal Sungai Nibong, setelah kenyang makan dan foto-foto di dekat pantai, kami pun langsung berangkat naik taksi ke Sungai Nibong, ongkos taksinya 20 RM, mahal, tapi memang jaraknya lumayan jauh.
Pesta Sungai Nibong itu ternyata gak jauh beda dengan Pekan Raya Sumatera Utara yang diadakan setahun sekali di Medan. Isinya kebanyakan stand-stand pedagang baju, aksesoris, buku, makanan, sampai karpet dengan harga miring. Yang menarik adalah kami ketemu Paviliun Sumatera Utara disana, bangga juga gak lupa foto-foto tentunya.
Belanja di Pesta Sungai Nibong
Kembali ke Apartemen hari sudah gelap, bertemulah kami dengan penghuni kamar sebelah yang ternyata…. Para pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Medan, yang ditugasi menjaga Paviliun Sumatera Utara di pesta Sungai Nibong.
Dengan bantuan penjaga apartemen (Kak Sri) yang membookingkan tiket mini van ke Hatyai, besok paginya jam 5 kami sudah menunggu jemputan untuk berangkat ke Hatyai. Ternyata jam karet sudah membudaya diantara semua orang Melayu, mini vannya baru datang jam 6.00, alhasil kami nyampe di Hatyai siang hari.di mini van ada beberapa penumpang lain selain kami. Di jalan kami sempat berhenti untuk sarapan, kemudian lanjut lagi hingga perbatasan Malaysia, kami turun dari mini van dan ngantri di imigrasi. Ditempat sarapan kami dimintai 1 RM perorang, lalu diberi kartu imigrasi yang harus kami isi(pungli tuh…). Tak lama berselang kami turun lagi, kali ini antriannya lebih panjang di imigrasi Thailand, disini mulai bnayak terlihat huruf “keriting”.
Ngantri di imigrasi
Tak sampai satu jam dari check point, akhirnya kami tiba juga di Hatyai. Disilah kami baru byar ongkos 60 RM per orang for two ways . Kami menginap di Hotel Golden Crown yang sudah saya booking sebelumnya dari Medan via internet. Rupa-rupanya Hotel Golden Crown itu ada dua, Golden Crown tempat kami menginap itu versi murahnya. Si Supir mini van keliru mengantar kami ke Golden Crown yang mahal. Terpaksa kami naik tuk-tuk ke hotel kami, tarif tuk-tuk 15 baht per orang, padahal dekat, kalau saja kami tahu jaraknya dekat pastilah kami memilih jalan kaki saja, biar hemat.. heheheeheh….
Nyampe di hotel check in lalu kami keluar cari makan, tidak jauh dari hotel kami nemu tempat makan, rasanya lumayan, tapi kurang kena ke lidah kami. Setelah makan kami nyari kaos yang ada tulisan Thailand nya, katanya belanja disini murah, saya tak sabar ingin membuktikannya. Berbekal hasil searchingan dari google kami menyusur jalan yang katanya banyak penjual souvenirnya. Suasana di pasar Hatyai ini tidak ada bedanya dengan pasar sambu di Medan, wkkkkk.. jauh-jauh ke Hatyai ketemu pasar Sambu juga…karena disepanjang jalan harga kaosnya tidak seperti yang di harapkan, kami naik tuk-tuk lagi ke Poulsuwan road, disini kami beli kaos Thailand dengan harga 100 baht, kira-kira Rp 30.000, murah menurut saja apalagi kualitaasnya memang bagus.
Dari poulsuwan road kamu naik tuk-tuk ke Lee Garden plaza, sorry to say.. Indonesia masih jauh lebih bagus kemana-mana. Disini kakak saya dapet celana kargo buat suaminya dengan harga murah. Keluar dari Lee Garden kami menyusur jalan lagi ingin beli gantungan kunci ( oleh-oleh murah meriah). Masalah oleh-oleh selesai.
Naik tuk-tuk
Pergi ke Thailand sepertinya tidak lengkap kalau tidak foto di kuil. Saya hampir pingsan bertanya dimana letak kuil sleeping Buddha, mereka tidak tau, atau tidak mengerti, memang sulit sekali berkomunikasi dengan mereka, jarang ada yang bias berbahasa inggris, bahasa melayu juga so-so, hufffff….
Akhirnya ada juga supir tuk-tuk yang ngerti, setelah tawar-menawar kami diantar ke kuil sleeping Buddha, tempatnya luas kyak lapangan, didekat sekolah, sesuai kesepakatan si supir tuk-tuk menunggu kami foto-foto. Sebelum pulang si supir sempat meminta kami untuk berdoa, “sorry we are not buddhis”, kata saya.
Kami diantar sampai dekat hotel, tidak bisa tepat di depan hotel karena jalan satu arah. Setelah mandi dan bersih-bersih, kami turun lagi nyari makan malam. Di dekat hotel tempat kami menginap banyak sekali pedagang makanan di sepanjang jalan yang tadi siang tak tampak, bahkan toko-toko di sekitar pun mulai buka pukul 5 sore. Setalah order makanan dengan bahasa tarzan, pake gerakan tangan, ekspresi sampil tunjuk-tunjuk akhirnya kami bisa makan juga. Lucunya sulit sekali untuk bayar bill makanan, saya tidak mengerti si penjual bilang berapa, dan si penjual juga tidak mengerti saya bilang apa, akhirnya angkanya dia tulis di atas kertas, barulah jelas, mau bayar aja kok repot….
Setelah makan kami sempat lihat-lihat, kakak saya dapat sepatu bagus buat kerja dengan harga murah. Berhubung mamak udah capek, kami naik ke hotel dan terlelap, besok pagi harus balik ke Penang.
Makan malam
Besok paginya, karena khawatir si supir minivan akan menjemput kami di tempat dia drop kami sebelumnya, kami berinisiatif untuk naik tuk-tuk ke poolnya langsung, lagi-lagi telat, tengah hari kami baru berangkat, padahal di jadwal seharusnya berangkat jam 9.30 pagi. Sembari menunggu mini van berangkat, kami sarapan bubur di depan pool, rasanya standard, pesan teh manis, eh.. teh manisnya kelat sekelat-kelatnya, pahit, kasian ginjalku, awalnya kirain kopi.
Sarapan bubur plus teh perusak ginjal
Prosesnya masih sama seperti waktu berangkat, berhenti di check point. Yang menarik dari perjalanan balik ke Penang ini adalah, kami bisa menikmati panjangnya Penang bridge, waktu berangkat hari masih gelap jadi Penang bridgenya tidak kelihatan.
Sore, nyampe di Penang, mamak udah capek dan tidak mau lagi pergi kemanapun, cuma pengen tidur di apartment. Jadilah kami tiga anaknya yang pergi. Kami ke komtar nik bus, ongkosnya 1,4 RM, kebagian berdiri, capek. Beli makanan oleh-oleh khas Penang di pasar chowrasta, kue kacang hijau, manisan pala, kerupuk cumi, dll. Di komtar nyari sepatu vincci dan jeans big sized nya si adek. Di depan Pranggin Mall ada mbak-mbak orang jawa jual makanan yang bahasa Indonesianya sudah kacau balau, katanya dia udah lama tinggal di Penang, Mbak Ani namanya, wah.. akhirnya ketemu juga selera nusantara, masakan Indonesia.
Balik ke apartemen, tidur, besok paginya diantar ke airport Bayan Lepas, kembali ke kampung tercinta.
Langganan:
Postingan (Atom)