Waktu saya masih kuliah, ada seorang dosen yang baek sekali. Sebenarnya dia masih terhitung senior kami, jadi mungkin karena sempat kuliah bareng, dia seperti memberi toleransi lebih untuk kami (mahasiswa yang tamatnya belakangan). sangkin dekatnya, kami menyapa dia dengan sebutan 'Bang" bukan "Bapak". Sebagai mahasiswa semester capek ( saya saja lupa semester berapa saya ssat itu yang pasti dua digit angka) kebanyakan dari kami yang tak banyak lagi, malas sekali kuliah karena sebenarnya mata kuliah itu hanya mata kuliah perbaikan nilai, malu kalau tamat dengan IP rendah, lagipula sambil mengerjakan skripsi.
Karena kenal dan dekat dengan dosen itu kami masuk kuliah sesuka hati kami dengan dalih." ah... bang Anu kok dosennya, gampanglah itu...". Suatu hari sambil minum syrup markisah di warkop Bang Jul ( warkop langganan anak jurusan saya), teman yang lain mengingatkan sudah waktunya kuliah, seperti biasanya jawaban kami" " ah... bang Anu kok dosennya, gampanglah itu..., kita kuliah pas ujian aja.." Tapi akhirnya celetukkan salah satu teman menyadarkan saya. " Justru karena Bang Anu baik makanya kita harus menghargai dia, orang baek kok kita malah gak nganggap dia... menyepelekan dia..." kena tuh di hati saya.
hari ini hal yang sama terjadi pada saya, mungkin sudah berkali-kali tanpa saya sadari atau saya sadari tapi saya malas membahasnya karena saya punya cara sendiri mengatasinya, tapi saya baru ingat kisah kuliah itu hari ini.
Seorang teman selalu baik pada saya, membagi sesuatu, perhatian, pokoknya baik. tetapi dia juga selalu meminta saya melakukan sesuatu untuk dia (saya jadi curiga baiknya dia mungkin menyimpan maksud).karena saya tidak sibuk dan saya rasa saya bisa, saya selalu berusaha menyanggupi. tapi lama kelamaan permintaan semakin banyak dan sering (setiap hari)sampai pada taraf mengganggu saya. Kalau dia tidak butuh dia akan bersikap biasa cenderung cuek, kontras dengan kalau dia ingin sesuatu baeknya minta ampun, sebenarnya tidak terlalu mengganggu tapi saya merasa terbebani dan saya merasa dimanfaatkan. Pelan-pelan saya mulai menolak dengan berbagai alasan walaupun hati saya tidak enak karena harus berbohong dan saya tidak suka melihat wajahnya yang cemberut karena saya tidak bisa membantunya. hari lepas hari saya berhasil "lepas" dari dia.
Sampai beberapa hari yang lalu, dengan berbagai alasan yang urgent dia meminta bantuan saya lagi dan saya menyanggupi. Rupanya siklus lama kembali, kali ini dengan modus dia menawarkan bantuan terlebih dahulu, keesokan harinya dia meminta bantuan lagi... kali ini dengan sedikit memaksa, saya merasakan gelagat itu lagi. Saya kesal, tapi karena tidak bisa mengelak saya lakukan juga, tapi di tengah perjalanan saya bilang saya tidak bisa karena saya mendadak ingat ada janji dengan teman, wajahnya cemberut, saya tidak perduli, tapi saya benar-benar tidak suka melihat wajah siapapun cemberut...merusak mood saya. saya pulang ke rumah but i really feel bad..
Saya heran, kenapa kebaikan saya dimanfaatkan segitunya, atau karena saya kurang tegas ya...? Orang berusaha baek kok dianya ngelunjak... atau dia yang ngerasa saya manfaatin ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar