rasa, kata dan mimpi .....
Jumat, 05 November 2010
saya bukan penulis
Saya bukan penulis
Saya bukanlah seorang penulis, saya hanya penikmat buku, menyelami lembar-demi lembar membuat saya menemukan dunia saya sendiri. Membayangkan tokohnya seperti apa, settingnya bagaimana, semua terserah imajinasi saya. Walaupun si penulis menggambarkan dengan detail, tapi yang bermain di imajinasi saya adalah visualisasi saya sendiri.
Berbeda dengan menonton film, kita hanya menikmati paket yang sudah disediakan sang sutradara, jadi yah bisa dibilang murni seleranya si sutradara.
Saya jadi teringat kejadian dulu waktu Laskar Pelangi sedang booming-boomingnya. Saya sangat menyukai buku itu, bukan hanya saya, teman-teman saya juga. Adik saya yang paling tidak suka membaca, juga mengemari buku itu, dia bahkan mengklaim bahwa itu satu-satunya buku yang pernah dibacanya sampai selesai seumur hidupnya ketika itu.
Mendengar bahwa laskar pelangi akan di filmkan, tak alang semangat kami untuk menonton... saya bahkan rela mengantri dari pagi agar bisa menonton premierenya di
Hari itu jadilah kami nonton film laskar pelangi yang fenomenal itu. Keluar dari gedung bioskop bukan hanya wajah saya yang kecewa tapi saya melihat wajah-wajah tidak puas dari penonton yang lain. Saya yakin mayoritas penonton pada hari itu adalah orang-orang yang sudah pernah membaca bukunya. Agaknya visualisasi yang ditawarkan Riri Riza tidak cukup memuaskan kami.
Saya coba menganalisis, pertama diri saya sendiri. Di adegan awal saya membayangkan akan ada kaki-kaki anak-anak yang tergantung bergoyang-goyang, lalu terlihat wajah lesu mereka karena sudah kelelahan menunggu si murid terakhir agar sekolah bisa dibuka. Dari adegan awal saja tidak sesuai dengan imajinasi saya, pemunculan tangan tokoh Aling, belum lagi adegan yang ada di buku tetapi tidak ada di film. Saya hanya penonton dan saya kecewa. Nah, itu baru visualisasi saya, berapa banyak penonton yang juga punya visualisasinya sendiri.
Tentu saja ini bukan salah sutradara, dia juga sudah pasti mengemban tugas berat untuk memvisualisasikan buku yang digemari oleh banyak manusia, belum lagi dibebani durasi yang terbatas sehingga tidak semua isi buku divisualisasikan. Tidak mungkin dia bisa mewakili setiap visualisasi pembaca
Bahkan dengan penulis nya saja kita pasti memiliki visualisasi yang berbeda. Saya hanya ingin memaparkan nikmatnya menyelam buku, walaupun saya juga penikmat film. Jadi menurut saya lebih enteng dan menghibur kalau kita menonton film yang belum pernah dibukukan atau sudah pernah dibukukan tetapi belum pernah kita baca.
Kembali ke saya bukanlah seorang penulis, sampai saat ini tidak ada tulisan saya yang pernah di publikasikan di media, padahal saya dikelilingi para penulis dan pewarta dari sejak kuliah hingga kini. Mereka bukan hanya sekali mendorong saya menulis. Saya selalu merasa tidak punya kemampuan merangkai kata-kata itu. Tapi ketika tulisan teman saya dimuat di majalah, saya iri dan menimbang-nimbang ” wah.. kalau begitu aja aku juga bisa” bergelayut di hati saya. Jangan tanya kelanjutannya, tetap saja waktu berlalu dan tulisan saya tetap nihil.
Hingga kini, saya sudah dimakan usia, tetap seperti ini.
Dua hari yang lalu, sekolah tempat saya bekerja di datangi seorang penulis. Muda, itu pertama terbersit di hati saya, 21 tahun umurnya. Terus terang saya belum pernah membaca tulisannya sebelumnya. Dia datang dengan seorang temannya,
Setelah ngalur-ngidul menjelaskan apa itu menulis, bagaimana menulis yang baik, dll, anak-anak diminta menulis cerita mereka sendiri, fiksi dan non fiksi terserah pada mereka. Saya terkejut (saya bukan guru bahasa atau english), banyak ternyata anak-anak saya yang punya bakat lumayan dalam menulis. Mereka masih kelas 6 SD, kalau diasah lagi saya yakin anak-anak saya ini bisa jadi penulis terkenal suatu hari nanti, dan saya akan tetap jadi penikmat setia….
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar